Minggu, 07 Juni 2015

BLENDED E-LEARNING




MAKALAH BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN



PENDAHULUAN
                Saat ini bukanlah hal yang sulit untuk kita menemui pendidikan dengan istilah pendidikan jarak jauh.Bahkan pemerintah ikut berperan serta didalam pendidikan ini dengan mengeluarkan suatu Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan,dimana menurut pemerintah pendidikan jarak jauh adalah perndidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakanberbagai sumber belajarmelalui teknologi komunikasi informasi dan  media lain-lainnya.Soekartawi ( 2003 )memberikan ciri-ciri yang lebih spesifik diantaranya sebagai berikut:
ü  Kegitan belajar terpisah dari kegiatan pembelajaran
ü  Selama proses belajar siswa selaku peserta didik dan guru  pendidik  terpisah secara tempat,jarak,geografis dan waktu serta kombinasi dari ketiganya
ü  Karena siswa dan guru terpisah selama pembelajaran maka komuniksai diantara keduanya dibantu dengan media pembelajaran baik media cetak ( bahan ajar berupa modul)maupun media elektronik ( CD-VCD ROM,Telepon,Radio,Televisi )
ü  Jasa pelayanan disediakan  baik untuk siswa atau guru misalnya recource learning center ) atau pusat sumber belajar,bahan ajar,instruktur pembelajaran,Dengan demikian maka siswa amupun guru  tidak harus mengusahakan sendiri dalam hal proses keperluan belajar
ü  Komunikasi antara guru dan siswa bisa dilakukan baik dalam komunikasi dua arah amupun satu arah.Contoh komunikasi dua arah misalnya tele conference
ü  Selama proses belajar siswa cenderung membentuk suatu kelompok meski itu bukan suatu keharusan
ü  Karena hal tersebut diatas maka guru cenderung sebagai fasilitator sedang siswa sebagai participant
Model pembelajaran seperti yang diamanatkan dalam SIKDIKNAS ini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip yaitu : kebebasan,kemandirian,keluwesan,keterkinian,kesesuaian,mobilitasa dan efisiensi
SEJARAH BLENDED LEARNING
            Sejarah Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun terminologi blended learning muncul setelah berkembangkanya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pebelajar secara offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pemb elajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Bersin (2004) menggambarkan sejarah blended learning yang berkembang di dunia pelatihan pada awalnya juga seperti yang dilakukan pada lembaga pendidikan yaitu sumber belajar utama adalah pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer, pelatihan dilakukan menggunakan mainframe based yang dapat melakukan kegiatan pelatihan secara individual tidak bergantung pada waktu dan materi yang sama (tidak sinkron). Perkembangan berikutnya pembelajaran yang tetap mengguna-kan basis komputer tetapi daya jangkaunya menjadi lebih luas melintasi pulau dan benua karena perkembangan teknologi satelit. Demikian pula, isi pelatihan dilakukan pengebarannya melalui CD ROM dan internet. Saat ini pelatihan menggabungkan semua itu agar pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dengan konsep kombinasi (blended).
Secara teoritis, jika menggunakan teknologi kita bisa mencapai peserta lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Pelatihan Berbasis Mainframe Pendekatan pembelajaran berbasis teknologi pertama diawali pada tahun 1960-an dan 1970-an dengan penggunaan mainframe (komputer besar dengan kemampuan super) sebagai pengolah data dan mini komputer (sekarang = personal computer) sebagai tampilan antar muka bagi peserta. Sistem yang pertama dibuat diberi nama PLATO, sebuah sistem yang dikembangkan pada tahun 1963 oleh Universitas Illinois. PLATO mempelopori penggunaan komputer dalam penyelenggaraan pendidikan tradisional dan masih terus dikembangkan hingga sekarang dengan nama PLATO IV. Sistem tersebut di atas memiliki keterbatasan tampilan berbasis teks, belum mampu menyuguhkan bentuk-bentuk gambar, animasi, dan video yang memukau seperti sekarang ini. Walaupun begitu, pada saat itu teknologi ini telah memberikan manfaat yang luar biasa karena dengan waktu pelatihan tatap muka yang sama, sistem ini mampu menjangkau ratusan hingga ribuan orang yang dapat belajar tanpa meninggalkan tempat kerja mereka. Era inilah yang menjadi awal dari apa yang kita sebut sekarang ini sebagai blended learning.
PERMASALAHAN
            Dewasa ini pendidikan berbasisi e-learning sudah menjadi  trend  dikalangan masyarakat.Namun pada implementasinya pendidikan e-learning ini hanya sebagai pelengkap dari pembelajaran yang bersifat tatap muka baik dipendidikan akademik maupun pendidikan profesi.Hal ini terjadi karena adanya beberapa kendala yang menyertainya.Diantaranya seperti infrastruktur jaringan internet yang kurang memadai dan kualitas bandwith yang rendah serta harga yang relatif masih mahal dikantong masayarakat.Selain itu adanya kualitas dan kontrol yang kurang mengenai sistem atau metode dari e-learning ini seperti belum mempunyai siswa yang mampu memiliki waktu dan memproses informasi secara mandiri menjadi suatu permasalahan yang tersendiri juga dalam hal pembelajaran e-learning ini
            Oleh sebab itu sebagai suatu alternatif pembelajaran e-learning ini adalah dengan ada metode Blended Learning yaitu suatu metode yang menggabungkan metode pembelajaran dengan berbasisi kelas ( faceto face ) dan pembelajaran berbasis elearning yang memanfaatkan eletronik sebagai medianya artinya metode face to face ini disuport oleh media e-learning sehingga manfaat dari proses pembelajaran dapat lebih optimal.
Dengan menerapkan metode Blended elearning ini bagi siswa yang berbasis web mereka tidak akan meninggalkan proses belajar tatap mukanya.Pendekatan sistem belajar ini dapat dengan melaksanakan pembelajaran secara langsung ataupun dengan cara sebagai tempat pemusatan pengetahuan.
Indonesia sebagai negara kepulauan sangat cocok dengan sistem ini apalagi dalam hal pemerataan pendidikannya sebab dengan adanya jarak,maka metode ini dapat dikatakan sangat efektif dalam menjangkau agar terjadi pemerataan .
Menurut Cisco elearning mendefinisikan elearnign sebagai
v  E-Learning merupakan penyampaian informasi,komunikasi,pendidikan,pelatihan secara on line
v  e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional ,kajian terhadap buku teks,dan pelatihan berbasis komputer,sehingga dapat menjawab tantangan perubahan jaman
v  e-Learning bukanberarti menggantikan proses belajar didalam kelas tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan isi pendidikan
v  Kapasitas siswa dapat tergantung dari isi dan cara penyampaiananya
Jadi bisa diambil suatu kesimpulan kalau e-learning ini adalah pembelajaran yang menggunakan media elektronik seperti televisi,radio,internet,cd
BLENDED LEARNING
Blended learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan antara metode elearnig  dengan metode tatap muka atau konvensional(face to face).
Gambar bagan dibawah ini akan lebih memudahkan kita dalam mengerti apa yang dimaksud dengan blended learning
  
 



Thorne (2003) menggambarkan blended learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning. Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai: “the combination of different training “media” (technologies, activities, and types of events) to create an optimum training program for a specific audience. The term “blended” means that traditional instructor-led training is being supplemented with other electronic formats. In the context of this book, blended learning programs use many different forms of e-learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”. Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning).
            Melalui blended learning semua sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pembelajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
MANFAAT  & TUJUAN BLENDED LEARNING
            Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.
Hasil penelitian yang dilakukan Dziuban, Hartman, dan Moskal (2004) menemukan bahwa program blended learning memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan juga menurunkan tingkat putus sekolah dibandingkan dengan pembelajaran yang sepenuhnya pembelajaran online. Demikian juga ditemukan bahwa model pembelajaran berbasis blended lebih baik daripada pembelajaran tatap muka (face to face).
Pembelajaran berbasis blended learning, di samping untuk meningkatkan hasil belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas tradisional, yang blended, dan yang sepenuhnya online. Para peneliti memberikan bukti yang menunjukkan bahwa blended learning menghasilkan perasaan berkomunitas lebih kuat antar mahasiswa daripada pembelajaran tradisional atau sepenuhnya online (Rovai dan Jordan, 2004). Dalam penelitian pengembangan SDM di perusahaan, Barbian (2002) menyimpulkan bahwa metode blended learning meningkatkan produktivitas karyawan lebih besar daripada metode pembelajaran tunggal. Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi waktu yang disediakan, 50% untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online. Demikian pula dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75% pembelajaran online.
Dengan blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi.
 Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah:
• Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan
• Kemudahan implementasi
• Efisiensi biaya
• Hasil yang optimal
•Menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar
•Meningkatkan daya tarik pembelajaran.


UNSUR-UNSUR BLENDED LEARNING
Unsur-Unsur Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning tinggi paling tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu:
(a) tatap muka
(b) belajar mandiri
 (c) aplikasi
 (d) tutorial
(e) kerjasama
 (f) evaluasi
A. Pembelajaran Tatap muka
Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama. Pengajar menyampaikan isi pembelajaran, melakukan tanya jawab, diskusi, memberi bimbingan, tugas-tugas kuliah, dan ujian. Semua dilakukan secara sinkron (synchronous), artinya semua pebelajar belajar isi pembelajaran pada waktu dan tempat yang sama. Beberapa variasi yang dilakukan, misalnya dosen membagi perkuliahan ke dalam topik-topik yang harus di bahas oleh mahasiswa di depan kelas, mehasiswa membuat makalah untuk presentasi mahasiswa sebagai peserta dan melakukan klarifikasi, tanya-jawab, dan memecahkan masalah. Dengan menggunakan pendekatan berpusat pada pebelajar, kuliah dilakukan dengan tutorial, buku kerja, menulis makalah, dan penilaian.
B.Pembelajaran Mandiri
Dalam pembelajaran tatap muka, untuk mengakomodasi perbedaan individual kemudian berkembang dengan memberikan tugas belajar mandiri melalui pembelajaran menggunakan modul, sekarang di sekolah digunakan Lembar Kerja Siswa. Tujuannya tentu agar siswa yang berlainan karakteristik kecerdasannya akan belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya. Dalam sumber belajar untuk pembelajaran mandiri ini, kebanyakan pengajar memerlukan buku teks 2 atau atau lebih sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber belajar yang harus diakses oleh pebelajar, karena sumber-sumber tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar, perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang profesional dan kompeten dalam disiplin ilmu tentu dapat merancang sumber-sumber belajar mana saja yang dapat diakses untuk mengkombinasikan dengan buku, multi media, dan sumber belajar lain.
C.Pembelajaran Berbasis Masalah Aplikasi
Pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah. Melalui pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan belajar berdasarkan masalah yang harus dipecahkan, kemudian melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang harus diakses untuk memecahkan masalah tersebut. Ini berbeda dengan pembelajaran konvensional, yang di tahap awal disajikan konsep, prinsip, dan prosedur yang diakhiri dengan menyajikan masalah. Asumsinya, pebelajar dianggap belum memiliki pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalah, sehingga konsep-konsep tersebut disajikan terlebih dahulu. Melalui pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan secara aktif mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.
D.Pembelajaran Tutorial
 Program pembelajaran berbasis komputer memerlukan kegiatan tutorial tatap muka, namun sifat tutotial berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional. Pada tutorial, pebelajar yang aktif untuk menyampaikan masalah yang dihadapi, seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang membimbing. Sejumlah program universitas menggunakan berbagai pembelajaran interaktif komputer. Perusahaan menyediakan pembelajaran berbasis CD-ROM dan konten online. Meskipun aplikasi teknologi dapat meningkatkan keterlibatan pebelajar dalam belajar, peran pengajar masih diperlukan sebagai tutor.
E.Pembelajaran Kolaborasi Kerjasama atau kolaborasi
Pembelajaran kolaborasi ini merupakan salah satu ciri penting pembelajaran masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun kemampuan ini kemudian disinergikan untuk menghasilkan produk, karena produk masa depan, apalagi produk komputer baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak yang kompleks, diperlukan pendekatan interdisipliner. Oleh karena itu produk masa depan adalah produk yang dihasilkan dari kegiatan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran berbasis blended learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional yang semua pebelajar belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar, dalam pembelajaran berbasis blended, maka pebelajar bekerja secara mandiri dan berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam pembelajaran ini akan berbeda dengan pembelajaran tatap muka.
F.Evaluasi pembelajaran
Evaluasi berbasis blended learning tentunya akan sangat berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus didasarkan pada proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui penilaian evaluasi kinerja belajar pebelajar berdasarkan portofolio. Demikian pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu ada penilaian diri oleh pebelajar, maupun penilai pebelajar lain.

KESIMPULAN
            Diera globalisasi yang modern saat ini sistem pembelajaran harus diselaraskan dengan teknologi sebab dengan adanya teknologi yang dimanfaatkan secara maksimal maka akan ada hasil yang besar dan efektif serta efisien terutama dalam pemeratan pendidikandi Indonesia.Diperlukan suatu sistem belajar yang blended learning dimana dengan sistem blended learning ini akan dapat mampu menjangkau sampai ke seluruh pelosok desa.Sistem ini akan dapat berjalan jika ada partisipasi dari pemerintah berupa sarana dan prasarana dan sumberdaya manusianya ,dalam hal ini guru sebagai pendidiknya.



DAFTAR PUSTAKA
Bersin, Josh. 2004. The Blended Bearning Book:Best Bractices, Proven Methodologies, and Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer
Galbreth, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Set. Educational Technology, Vol XXXIX, Number 6, November-Desember 1999.
Wikipedia, the free encyclopedia. Blended Learning. (www.wikipedia.com, diakses tanggal 29 agustus 2010






Tidak ada komentar:

Posting Komentar